SEJARAH HURIA KRISTEN
INDONESIA (HKI)
“ Aku akan mengutus dari antara mereka ke pulau-pulau yang jauh yang
belum pernah mendengar kabar tentang Aku dan yang belum pernah melihat
kemuliaanKu” ( Yes. 66 : 10 ).
I. Pendahuluan.
Suku Batak adalah salah satu suku yang cukup besar di Indonesia. Karena
kebesarannya, orang Batak selalu menyebut “Bangso Batak”. Menurut SejarahNya,
suku Batak menyebar dari Pulau Samosir ke daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Suku Batak terdiri dari lima etnis, yaitu : Toba, Simalungun, Karo, Pakpak
Dairi, Angkola – Mandailing. Berabad-abad lamanya, suku Batak berada dalam
“kegelapan”. Oleh Anugerah Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, setelah
tiba waktunya, Allah mengutus hamba-hambaNya memberitakan Injil kehidupan ke
tengah-tengah suku Batak yang masih berada dalam kegelapan itu.
Bangsa Belanda yang sudah + 226 menjajah Indonesia, senantiasa
berusaha memajukan usaha dagangnya ( VOC ). Dalam waktu yang bersamaan,
mereka melihat bahwa penduduk di Indonesia masih lebih banyak yang
belum beragama, selain agama suku. Keadaan ini mereka beritakan kepada
Gereja-Gereja di Negeri Belanda. Atas dasar berita ini, Gereja Belanda melalui
Badan Zending NZG (Nederlanche Zending Genoschap) mulai
mengutus Penginjil ke Indonesia. Mereka memula Penginjilan itu dari
daerah-daerah yang telah ditaklukkan oleh militer Belanda karena dianggap lebih
aman. Mereka memulai pekerjaan itu dari Batavia ( Jakarta sekarang ).
Disamping Gereja Belanda, Gereja Babtis Amerika Serikat juga mengutus dua
orang Misionaris untuk bekerja di Indonesia. Akan tetapi hingga akhir
pelayanannya kedua misionaris itu belum berhasil menyebarkan Injil ke Tanah
Batak. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1834, Gereja Boston Amerika Serikat
mengutus dua orang lagi Penginjil untuk bekerja di Tanah Baatak, mereka adalah
Tuan Munson dan Tuan Lyman. Setelah menempuh jarak kira-kira 100 km dari suatu
daerah yang benama Barus dengan berjalan kaki melewati rawa-rawa ,
gunung-gunung batu terjal, dan hutan belukar, mereka sampai di Sisangkak
Lobupining kira-kira 10 km dari Tarutung ke arah Sibolga. Kedua orang
Misionaris ini ditolak dan dibunuh oleh penduduk setempat tanggal 28 juni 1834.
Setelah beberapa tahun Badan Zending Belanda NZG bekerja di Batavia,
merekapun mulai melakukan penginjilan ke tanah Batak dengan mengutus seorang
Misioanaris bernama Pdt. Van Asselt. Mereka memulainya dari arah selatan
( Sipirok ). Van asselt disusul oleh dua orang Misioanaris dari Badan
Zending Jerman “Reinsche Mission Gesellschaft (RMG)”, yaitu
Pdt. Heiny dan Pdt. Klammer ke Sipirok. Sebelumnya kedua Misionars ini pertama
kali diutus oleh Badan Zending RMG bekerja ke Borneo (Kalimantan), akan tetapi,
mereka ditolak disana kemudian kembali ke Batavia lalu diutus ke Tanah batak (
Sipirok ).
Setelah kedua misionars RMG ini sampai di sipirok, pada tanggal 07
Oktober 1861 tugas penginjilan selanjutnya di Tanah Batak diserahkan
oleh NZG (Van Asselt ) kepada RMG ( Pdt. Heyni dan Pdt. Klammer ). Tanggal
serah terima inilah yang dicatat sebagai permulaan keKristenan ditanah Batak.
Satu Tahun kemudian, RMG mengutus seorang misionaris , yaitu Pdt. I.L
Nommensen, yang akhirnya kita sebut sebagai Rasul Orang Batak.
Beliau sampai di Barus pada tanggal 14 Mei 1862 dan terus ke Sipirok bergabung
dengan misionaris Pdt. Heyni dan Pdt. Klammer. Setelah berdiskusi dengan kedua
Misioanaris ini, disepakati pembagian wilayah pelayanan, bahwa Nomensen akan
bekerja di Silindung. Kunjungan Pertama ke Tarutung dilakukan oleh Nomensen
pada Tanggal 11 November 1863. Pada Kunjungan pertama ini, Nomensen diterima
oleh Ompu Pasang ( Ompu Tunggul ) kemudian tinggal dirumahnya yang daerahnya
masuk dalam kekuasaan Raja Pontas LumbanTobing. Dari sini Nomensen kemudian
kembali ke Sipirok untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan dalam
pelayanannya.
Pada pertengahan tahun berikutnya, 1864, Nomensen dengan membawa semua
perlengkapannya berangkat kembali ke Tarutung, dan tiba di Tarutung pada
tanggal 07 Mei 1864. Nomensen kembali kerumah Ompu Pasang (Ompu Tunggul ),
tetapi dia ditolak. Di Onan Sitahuru, Nomensen duduk dan merenung dibawah
sebatang pohon beringin ( hariara) untuk memikirkan apa yang akan dia perbuat.
Nomensen lalu pergi kedesa lain dan sampai ke di desa Raja Aman Dari
LumbanTobing. Nomensen berharap Raja Aman Dari Lumbantobing dapat
mengijinkannya tinggal diatas lumbung padinya. Akan tetapi raja
Aman Lumbantobing sedang pergi kedesa lain membawa isterinya yang sedang sakit
keras. Melalui seorang utusan, Nomensen menyampaikan niatnya ini kepada Raja
Aman Lumbantobing, akan tetapi Raja Aman Lumbantobing menolak. Nommensen
kemudian meminta utusannya ini untuk kembali menemui Raja Aman Lumbantobing
untuk kedua kalinya dengan pesan, “bahwa sekembalinya Raja Aman kedesanya,
penyakit istrinya akan hilang”. Raja Aman kemudian berkata, apabila
perkataan Nomensen itu benar, maka dia akan mengizinkan Nomensen tinggal
dirumahnya. Oleh kuasa Tuhan pemilik Gereja, apa yg dikatakan oleh Nomensen
terbukti. Penyakit istri Raja Aman sembuh. Raja Aman Lumbantobing kemudian
menginjinkan Nomensen tinggal dirumahnya.
Akan tetapi, pada mulanya Raja Pontas LumbanTobing tidak mau menerima
Nomensen. Dia berusaha mempengaruhi Raja-Raja di Silindung supaya menolak
Nomensen. Sebaliknya, Raja Aman Dari LumbanTobing, juga berusaha mempengaruhi
Raja-Raja di Silindung untuk menerimanya. Sehingga masyarakat di sekitar
Silindung terbagi dua dalam hal penerimaan terhadap Nomensen. Walaupun
masyarakat Silindung terbagi dua (ada yang menerima dan ada yang menolak
Nomensen), Nomensen tetap berada di Tarutung dan memulai pelayanannya
mengabarkan Injil.
Oleh Kuasa Tuhan, satu Tahun kemudian, 27 Agustus 1865, Nomensen dapat
melakukan pembabtisan pertama kepada satu orang Batak. Bahkan di Kemudian hari,
Raja Pontas Lumban Tobing yang dulunya menolak Nommensen, meminta supaya dia
dan keluarganya dibabtiskan. Pada saat itu juga Raja Pontas meminta supaya
Nomensen pindah dari Huta Dame ke Pearaja. Setelah Raja Pontas dan keluarganya
masuk Kristen, masyarakat Silindung makin banyak masuk Kristen.
Sejalan dengan pertumbuhan Gereja di Silindung, Nomensen membuka Sekolah
Guru di Pansur Napitu. Lulusan sekolah ini dijadikan menjadi guru Injil dan
Guru Sekolah. Dikemudian hari, sekolah ini dipindahkan ke Sipaholon. Kemudian,
Nomensen membuka Pos Penginjilan baru di Sigumpar. Dari sanalah beliau
menyebarkan Injil bersama para pembantunya ke seluruh Toba Holbung dan Samosir.
Nomensen meninggal pada pada tanggal 22 Mei 1918 dan dikebumikan pada
tanggal 24 Mei 1918 di Sigumpar, disamping makam istrinya tercinta yang telah
mendahuluinya.
I. GERAKAN
KEMANDRIAN GEREJA BATAK
Untuk meningkatkan taraf hidup, banyak orang Batak Kristen yang merantau ke
Pesisir Timur Pulau Sumatera dan Jawa. Kebanyakan dari mereka yang pindah
adalah Petani yang bersahaja, hanya sedikit dari antara mereka yang bekerja di
perkebunan. Kita tidak mengetahui secara pasti kapan mulai terjadi. Yang dapat
kita catat adalah bahwa sejak tahun 1907 para perantau ini sudah mendirikan
gereja-gerejanya sendiri disekitar perkebunan Tapanuli, kota-kota pesisir Sumatera
Timur hingga pada Tahun 1920 di Jakarta yang dikaitkan dengan tradisi Gereja
Batak di Tapanuli dan dengan RMG.
Gereja-Gereja di Perantauan ini makin gencar menuntut kemandirian Gerejanya
dari RMG. Mereka makin mendorong usaha kemandirian yang telah dilakukan melalui
pendirian “Pardonganon Kongsi Mission Batak (PMB)” pada tanggal 02 November
1909 di Tarutung dan “Hadomuan Kristen Batak” ( HKB) pada tanggal 28 September
1917 di Balige.
III. HOERIA CHRISTEN BATAK (
H.Ch.B ) adalah Gereja Mandiri yang pertama.
1. Berdiri 01
Mei 1927
Sejak Tahun 1907 sudah ada jemaat yang dirikan oleh RMG di
Pematang Siantar ( Jalan Gereja sekarang ), dan jemaat ini menjadi pusat utama
para Misioner RMG di Sumatera Timur. Akan tetapi, warga Jemaatnya banyak yang
tersebar disekitar pinggiran kota Pematang Siantar yang jaraknya kurang lebih
04 km dari gereja ini dan F.Sutan Malu Panggabean adalah salah seorang dari
antaranya.
Mempertimbangkan sulitnya menjangkau Gereja di Pematang Siantar dengan Jalan
kaki, maka F. Sutan Malu Panggabean ( yang adalah lulusan Sekolah Guru Seminari
Sipaholon tahun 1909) mengusulkan agar didirikan satu jemaat baru di Pantoan.
Usul ini ditolak oleh Pdt. R. Scheneider ( Missionari RMG) di Gereja Pematang
Siantar.
Sejalan dengan lahirnya hari kebangkitan Nasional melalui pendirian Budi
Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan didorong oleh keinginan kemandirian Gereja
dari RMG, serta penolakan mendirikan Jemaat Baru di Pantoan oleh Misionaris RMG
di Pematang Siantar, adalah menjadi salah satu alasan untuk mendirikan satu
gereja baru di Pantoan yang kemudian disebut Hoeria Christen Batak ( H.Ch.B).
Sebenarnya, sejak tahun 1927, F.P.Sutan Malu sudah mulai melakukan kebaktian
Minggu dirumahnya di daerah Pantoan Pematang Siantar. Akan tetapi, baru pada
tanggal 01 April 1927 membuat surat pemberitahuan resmi kepada pemerintahan.
Alasan utama mendirikan Gereja ini ( disamping alasan yang disebut diatas )
dinyatakan oleh F. Sutan Malu Panggabean pada waktu beliau ditanyai oleh
Pejabat Pemerintah Simalungun, adalah Firman Tuhan yang tertulis dalam Yakobus
1 : 22 : “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya
pendengar saja jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri”. Dari alasan
yang dikemukakan ini nampak dengan jelas bahwa pendirian Gereja HChB yang
memperluas namanya menjadi HKI adalah untuk menyelenggarakan Pekabaran Injil (
Marturia), persekutuan ( Koinonia), dan Pelayanan Kasih ( Diakonia ).
2. Perkembangan
Mula-mula
Sambutan masyarakat Kristen Batak terhadap H.Ch.B di Pematang Siantar dan
sekitarnya sangat luar biasa. Dalam kurun waktu yang relative singkat (8
Tahun), yaitu pada masa 1927-1930 terdapat 5 Jemaat dengan 220 Kepala Keluarga,
dan pada masa 1931-1933 jumlahnya bertambah menjadi 47 Jemaat dan pada masa
1933-1935 jumlahnya sudah mencapai lebih dari 170 Jemaat. Dari daerah Pematang
Siantar dan sekitarnya, pada masa 1931-1942, Gereja HChB sudah menyebar sampai
ke Daerah Deli Serdang, Tapanuli didaerah Humbang, Sipahutar, Pangaribuan,
Silindung sekitarnya, Patane Porsea atau Toba Holbung sekitarnya, Tapanuli
Selatan, Tapanuli Tengah, Sidikalang, atau Dairi sekitarnya, Tanah Alas dan
sekitarnya. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa gerakan kemandirian Gereja
itu tidak hanya terjadi diPematang Siantar dan sekitarnya, tetapi juga di
Medan. Demikianlah pada tanggal 5 Agustus 1928 oleh 123 orang warga jemaat RMG
mendirikan satah satu Jemaat baru di Medan yang disebut “Hoeria Christen Batak
Medan Parjolo” ( HChB Medan I ). Karena banyak yang tidak senang atas pendirian
Gereja Baru ini, maka kelompok yang tidak senang ini menamai mereka “Partai
123”. Sebutan ini dimaksud untuk mendiskreditkan Gereja Baru ini sebagai partai
politik bukan Gereja. Jermaat inilah yang menjadi jemaat HKI jalan Dahlia Medan
sekarang. Semua jemaat-jemaat diharuskan menyelenggarakan Pendidikan kepada
anak-anak setingkat sekolah dasar.
2. RECHTPERSON DAN HAK
MENYELENGGARAKAN SAKRAMENT.
H.Ch.B yang disebut-sebut oleh orang-0rang yang tidak menyukainya sebagai
kumpulan Partai Politik sangat menderita. Karena HChB tidak diakui sebagai
Gereja, maka tidak diberi hak melayankan sacrament ( Babtisan dan Perjamuan
Kudus ) oleh pemerintahan Belanda. Atas dasar ini maka Pimpinan HChB Voorzitter
F. Sutan Maloe Panggabean dan Secretaris I.M Titoes Lumban Gaol memohon
Rechtperson dan izin melayankan sacrament kepada Gubernur Jenderal Hindia
Belanda di Jakarta pada tanggal 09 September 1929 dan disusul tanggal 01
Agustus 1931. Akan tetapi jawaban dari Pemerintah Belanda tidak kunjung tiba.
Karena permohonan-permohonan tidak ditanggapi, maka diputuskan untuk
mengutus Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean langsung menghadap Gebernur
Jenderal di Jakarta. Biaya yang dibutuhkan f.250 ( sama dengan harga 310 kaleng
beras). Untuk mengusahakan biaya ini ditugaskan pengurus HChB Pantoan dan Dolok
Merangir. Akan tetapi, mereka gagal untuk mencarinya.
Seluruh jemaat-jemaat di Pematang Siantar dan sekitarnya berdatangan ke
Pantoan untuk mendoakan kepergian Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean Pimpinan
Gereja mereka agar Tuhan menyediakan biaya yang dibutuhkan dan beliau dituntun,
diperlengkapi, dikuatkan serta dipelihara oleh Tuhan dalam perjalanannya.
Mereka bernyanyi dan berdoa dengan deraian air mata.
Atas dasar keyakinan, Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean berangkat ke
Dolok Merangir dan besok paginya direncanakan berangkat ke Belawan. Beliau
sampai disana pukul 22.30 (malam). Sekretaris I M.T LumbanGaol menginformasikan
bahwa biaya yang dibutuhkan ke Batavia belum diperoleh.
Dengan lebih dulu bernyanyi dan berdoa diiringi dengan isakan tangis , dalam
kegelapan malam Bapak M.T Lumban Gaol berangkat lagi untuk mengusahakannya.
Beliau kembali pada pukul 01.30 (pagi) dengan membawa sejumlah uang yg
dibutuhkan. seorang yang bukan warga gereja berkenan meminjamkannya kepada
bapak M.T Lumban Gaol. Inilah yang memungkinkan keberangkatan Voorzitter
F. Sutan Maloe Panggabean langsung menghadap Gebernur Jenderal di
Jakarta. Dengan diiringi doa dan air mata, seluruh warga Jemaat melambaikan
tangan untuk memberangkatkan Pimpinan Gereja nya ke Batavia.
Di Batavia, melalui bantuan seorang pengacara yang bernama Mr. Hanif,
Voorzitter F.P Sutan Malu Panggabean dapat menemui Gubernur Jenderal Belanda di
Bustenzorg ( Bogor sekarang ). Setelah dilakukan rapat oleh pemerintah Belanda
maka pada tanggal 27 Mei 1933 ( dua hari berikutnya ) Rechtperson diberikan.
Dan sepuluh hari berikutnya, izin melayankan Sakrament juga diberikan oleh
pemerintahan Hindia Belanda. Menyadari pentingnya pelayan untuk melayankan
Sakrament maka pata tahun 1933 Voorzitter F.P Sutan Malu Panggabean ditahbiskan
menjadi Pendeta.
3. PERLUASAN NAMA
HChB MENJADI HKI
Atas kesadaran perluasan misi Gereja dan atas kesadaran bahwa HChB bukan
hanya untuk berada di Tanah Batak Saja, maka pada Synode tanggal 16-17 November
1946 nama HChB ( Huria Christen Batak ) diperluas menjadi HKI ( Huria Kristen
Indonesia ). Dalam Synode ini juga dipilih Voorzitter ( Ketua Pucuk Pimpinan
yang baru ) Pdt. T.J Sitorus. Beliau inilah yang memimpin HKI sampai Juli tahun
1978 ( 32 Tahun ).
Akan tetapi sangat disayangkan, setelah selesai Synode, ada beberapa Jemaat
dan Pendeta yang menyatakan ketidaksetujuan nya pada perluasan nama ini. Mereka
terpisah dari HKI dan tetap memakai nama HChB, yang kemudian diubah menjadi
“Gereja Batak Kristen ( GKB ). Baru pada tanggal 26 Agustus 1976 Synode GKB
menyatakan diri bergabung kembali dengan HKI.
4. KEGIATAN
OIKUMENIS
a. Terisolasi selama 40 Tahun
Seperti disebutkan diatas, bahwa Badan Zendng RMG tidak mengakui HChB (HKI)
sebagai Gereja. Oleh sebab itu, selain dari mempengaruhi Pemerintahan Hindia
Belanda untuk mempersulit Gereja HChB memperoleh Rechtperson dan izin
melayankan sacrament, juga menghambat HChB ( HKI ) memasuki Badan-Badan
Oikumenis di Indonesia dan Internasional selama 40 Tahun. Selama 40 Tahun ini
HChB ( HKI ) sangat menderita. Semua Perguruan Teologia di Indonesia tertutup
untuk HChB ( HKI ). Dengan kemampuannya yang terbatas, HChB ( HKI ) mendidik
para Pelayannya ( Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow dan Evangelis) selama 40
Tahun. HKI juga tidak menerima bantuan apapun dari gereja-Gereja dalam dan Luar
Negeri. Gereja HKI benar-benar berdiri sendiri dalam daya, dana dan teologia.
Selama 40 tahun ini juga, HChB ( HKI ) mencatat tiga kali kemelut
Internal ( masa 1934-1942; 1946; 1959-1964). Akan tetapi oleh anugerah Tuhan
pemilik Gereja itu dan dilandasi oleh semangat kemandirian Gereja HChB ( HKI )
dapat menyelesaikan sendiri masalah internalnya.
B. DITERIMA DALAM KEGIATAN
OIKUMENIS.
Setelah bergumul didalam doa dan melalui pendekatan-pendekatan yang sangat
melelahkan, maka pada Sidang Dewan Gereja-Gereja Indonesia ( DGI ) tanggal 29
Oktober 1967 di Makasar (Ujung Pandang ) HKI diterima menjadi Anggota DGI.
Sejak HKI diterima menjadi Anggota PGI, terbukalah pintu bagi HKI untuk
Persekutuan Gereja-Gereja Internasional. Sekarang HKI adalah salah satu Gereja
Anggota di CCA, LWF, WCC, UEM dan memiliki hubungan yang baik dengan
Gereja-Gereja di Indonesia dan dengan gereja –Gereja di Indonesia dan dengan
Gereja-Gereja Manca Negara misalnya ELCA ( AMerika), LCA ( Australia), Gereja
Rheinland dan Wesfalia di Jerman, dan secara khusus memiliki hubungan
Partnership dengan K.K Hamm Jerman.
5. KEADAAN SEKARANG
Dalam umurnya yang ke 79 tahun ini, HKI sudah tersebar di persada nusantara
ini terutama di Sumatera dan Jawa. Warga jemaatnya kurang lebih 355.000 jiwa
dan tersebar di 745 Jemaat, 128 Resort, dan 9 Distrik/ Daerah. Dilayani oleh
169 orang Pendeta, 78 Orang Guru Jemaat penuh waktu dan 596 orang Guru Jemaat
paruh waktu, 8 orang bibelvrow, 4 Orang Diakones.
IV. PENUTUP
Melihat kesetiaan Tuhan menuntun HChB yang memperluas nama nya menjadi HKI
selama 84 Tahun ini, maka kita patut beryukur kepada Tuhan serta mengevaluasi
secara jujur dihadapan Tuhan sudah sejauh mana kemaksimalan pelayanan kita
selama ini di HKI. Untuk kemudian bersama membangun pelayanan di HKI ini.
Ingatlah bahwa motivasi dan dasar mendirikan HChB atau HKI ini seperti yang
tertulis di Yakobus 1 :22 yang menatakan :
“Tetapi hendaklah kamu menajdi
pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demian, kamu
menipu diri sendiri”.
Alamat
Jl. Melancthon Siregar No. 111
Pematangsiantar – Sumut 21128
Telp.0622-743.6476; 25995; Fax. 23238
Email: hki@hki-online.or.id
Website: www.hki-online.or.id
STATISTIK
Denominasi gereja: Lutheran
Jumlah wilayah pelayanan: 8 Distrik/ Daerah,
Jumlah jemaat: 674 jemaat, 103 Resort.
Jumlah anggota jemaat: 300.000 jiwa
Jumlah hamba Tuhan: 130 Pendeta, 674 guru jemaat. 8 bibelvrow. 4 diakones.
BADAN PENGURUS
Ephorus : Pdt. Dr. Burdju Purba
Sekjen : Pdt. Rudolf Simanjuntak, BD
TENTANG GEREJA
Huria Kristen Indonesia adalah sebuah gereja Lutheran di
Indonesia yang berkantor pusat di Pematangsiantar, Sumatera Utara. Gereja ini
termasuk kelompok gereja-gereja Protestan dan merupakan anggota Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia (PGI).
Berabad-abad lamanya, suku Batak berada dalam
“kegelapan”. Oleh Anugerah Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, setelah
tiba waktunya, Allah mengutus hamba-hambaNya memberitakan Injil kehidupan ke
tengah-tengah suku Batak yang masih berada dalam kegelapan itu.
Sejak didirikan (1908-1946) HChB (HKI) tidak
diakui oleh Badan Zendng RMG sebagai Gereja. Oleh sebab itu, selain dari
mempengaruhi Pemerintahan Hindia Belanda untuk mempersulit Gereja HChB
memperoleh Rechtperson dan izin melayankan sakramen, juga menghambat HChB
memasuki badan-badan ekumenis di Indonesia dan internasional selama 40 Tahun.
Semua perguruan teologi di Indonesia tertutup untuk HChB. Dengan kemampuannya
yang terbatas, HChB mendidik para pelayannya (pendeta, guru jemaat, bibelvrow
dan evangelis) selama 40 Tahun. HKI juga tidak menerima bantuan apapun dari
gereja-Gereja dalam dan Luar Negeri. Gereja HKI benar-benar berdiri sendiri
dalam daya, dana dan teologi.
HKI adalah salah satu Gereja Anggota di CCA, LWF,
WCC, UEM dan memiliki hubungan yang baik dengan Gereja-Gereja di Indonesia dan
dengan gereja –Gereja di Indonesia dan dengan gereja-gereja manca negara
misalnya ELCA di Amerika Serikat), Gereja Lutheran di Australia (LCA), Gereja
Rheinland dan Westfalia di Jerman, dan secara khusus memiliki hubungan
kemitraan dengan K.K Hamm Jerman.
SEJARAH GEREJA
1907,
Badan Zending Jerman “Reinische Missionsgesellschaft (RMG) mendirikan
jemaat di Pematang Siantar (Jalan Gereja sekarang), dan jemaat ini menjadi
pusat utama para misionaris RMG di Sumatera Timur. Akan tetapi, warga jemaatnya
banyak yang tersebar di sekitar pinggiran kota Pematang Siantar yang jaraknya
kurang lebih 4 km dari gereja ini dan F. Sutan Malu Panggabean adalah salah
seorang dari antaranya.
1908
20 Mei
Mempertimbangkan sulitnya menjangkau gereja di Pematang Siantar dengan
Jalan kaki, maka F. Sutan Malu Panggabean mengusulkan agar didirikan satu
jemaat baru di Pantoan. Usul ini ditolak oleh Pdt. R. Scheneider (missionaris
RMG) di gereja Pematang Siantar.
Akhirnya F.P.Sutan Malu berinisiatif mendirikan persekutuan gereja yang
kemudian diberi nama Hoeria Christen Batak ( H.Ch.B) dirumahnya di daerah
Pantoan, Pematang Siantar
1909
F. Sutan Malu Panggabean lulusan dari Sekolah Guru Seminari Sipaholon.
1927
01 April
F.P.Sutan Malu yang sudah mulai melakukan kebaktian Minggu dirumahnya di
daerah Pantoan Pematang Siantar akhirnya membuat surat pemberitahuan resmi
pendirian Hoeria Christen Batak ( H.Ch.B) kepada pemerintahan dengan alasan
utama pendirian Gereja yakni
- Penolakan RMG atas usulannya dan
- keinginan untuk menyelenggarakan pekabaran Injil (marturia),
persekutuan (koinonia), dan pelayanan kasih (diakonia) seperti yang dinyatakan
oleh F. Sutan Malu Panggabean pada waktu ditanyai oleh pejabat pemerintah
Simalungun dengan mengutip Yakobus 1:22 “Tetapi hendaklah kamu menjadi
pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja jika tidak demikian kamu menipu
diri sendiri”.
1927-1930,
Sambutan masyarakat Kristen Batak terhadap HChB di Pematangsiantar dan
sekitarnya sangat luar biasa. Dalam kurun waktu yang relatif singkat (8 Tahun)
telah berdiri 5 Jemaat dengan 220 Kepala Keluarga.
1928
5 Agustus,
123 orang warga jemaat RMG yang ada di Medan mendirikan satah satu Jemaat baru
yang disebut “Hoeria Christen Batak Medan Parjolo” (HChB Medan ). Yang oleh
kelompok yang tidak senang dengan Jemaat ini, mereka mengejeknya dengan sebutan
“Partai 123”.
1929,
9 September
Adanya ejekan kepada HChB yang disebut-sebut oleh orang-orang yang tidak
menyukainya sebagai kumpulan Partai Politik sangat menderita. Karena tidak
diakui sebagai Gereja. Maka pimpinan HChB Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean
dan Sekretaris I.M Titoes Lumban Gaol melayangkan permohonan Rechtperson dan
izin melayankan sakramen (baptisan dan perjamuan kudus) kepada Gubernur
Jenderal Hindia Belanda di Jakarta yang kemudian tidak dijawab.
1931
1 Agustus,
Permohonan kedua Rechtperson dan izin melayankan sakramen juga tidak
dijawab.
1931-1933
Jumlah Jemaat HChB bertambah menjadi 47 Jemaat.
1931-1942
Gereja HChB menyebar sampai ke Daerah Deli Serdang, Tapanuli didaerah Humbang,
Sipahutar, Pangaribuan, Silindung sekitarnya, Patane Porsea atau Toba Holbung
sekitarnya, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sidikalang, atau Dairi
sekitarnya, Tanah Alas dan sekitarnya.
1932,
HChB mengutus Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean untuk dapat langsung
menghadap Gebernur Jenderal di Jakarta.
1933
27 Mei
Setelah dilakukan rapat oleh pemerintah Belanda maka permohonan
Rechtperson diberikan. Sepuluh hari berikutnya, izin melayankan sakramen juga
diberikan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Menyadari pentingnya pelayan untuk
melayankan sakramen maka pata tahun 1933 Voorzitter F.P Sutan Malu Panggabean
ditahbiskan menjadi pendeta.
1933-1935,
Jemaat HChB mencapai lebih dari 170 Jemaat.
1946
16-17 November
Atas kesadaran perluasan misi Gereja dan atas kesadaran bahwa HChB bukan
hanya untuk berada di Tanah Batak Saja, maka pada Synode HChB tahun 1946 nama
HChB ( Huria Christen Batak ) diperluas menjadi HKI ( Huria Kristen Indonesia
). Dalam Synode ini juga dipilih Voorzitter ( Ketua yang baru ) yakni Pdt. T.J
Sitorus yang memimpin HKI selama 32 tahun sampai Juli tahun 1978.
Akan tetapi setelah selesai sinode, ada beberapa
jemaat dan pendeta yang menyatakan ketidaksetujuan nya pada perluasan nama ini.
Mereka terpisah dari HKI dan tetap memakai nama HChB, yang kemudian diubah
menjadi “Gereja Kristen Batak ” (GKB).
1967
29 Oktober
HKI diterima menjadi anggota Dewan Gereja-Gereja Indonesia (DGI) pada
Sidang Raya di Makassar.
1976
26 Agustus,
Sinode Gereja Kristen Batak (GKB) menyatakan diri bergabung kembali dengan
HKI.
DAFTAR
PENDETA HKI TERHITUNG 1 JANUARI 2009
NO
|
NAMA
PELAYAN
|
Mulai
Melayani
|
BIP
|
Lahir
|
Keterangan
|
1
|
Pdt.
M.P.Siregar,MTh
|
01.04.1974
|
110
|
12.08.1948
|
|
2
|
Pdt.
Harlen Simangunsong,BD
|
01.04.1974
|
112
|
17.07.1948
|
|
3
|
Pdt.
Maraudin Simorangkir,SmTh
|
6/1/1975
|
113
|
21.06.1951
|
|
4
|
Pdt.
Rudolf Simanjuntak,BD
|
06.07.1976
|
114
|
02.05.1951
|
|
5
|
Pdt.
DR.Burju Purba
|
06.07.1976
|
115
|
22.10.1950
|
|
6
|
Pdt.
Conrad Siahaan,SmTh
|
01.03.1978
|
116
|
29.12.1946
|
|
7
|
Pdt.
Javar.O.H.Siagian,SmTh
|
05.02.1979
|
117
|
06.09.1953
|
|
8
|
Pdt.
DR.Langsung Sitorus,MTh
|
23.03.1980
|
118
|
24.10.1954
|
|
9
|
Pdt.
Maregos A. Emer Samosir, MTh
|
23.03.1980
|
119
|
22.09.1952
|
|
10
|
Pdt.
Harry Riesman Panjaitan,STh
|
23.03.1980
|
120
|
11.02.1954
|
|
11
|
Pdt.
Bisara Pardede
|
01.03.1982
|
125
|
15.05.1945
|
|
12
|
Pdt.
Muller Manurung
|
01.03.1982
|
129
|
12.10.1949
|
|
13
|
Pdt.
Edison Deski Siagian
|
01.03.1982
|
131
|
10.06.1946
|
|
14
|
Pdt.
Saul Hasugian,STh
|
01.03.1982
|
133
|
29.03.1953
|
|
15
|
Pdt.
Makdin K. Panjaitan
|
01.03.1982
|
134
|
03.01.1947
|
|
16
|
Pdt.
Makmur Saragi
|
01.03.1982
|
136
|
28.01.1954
|
|
17
|
Pdt.
Aterdansah Sinaga
|
01.03.1982
|
137
|
27.12.1943
|
|
18
|
Pdt.
Binsar Tua Panjaitan
|
01.03.1982
|
140
|
11.06.1947
|
|
19
|
Pdt.
Sorba Samuel Pasaribu
|
01.03.1982
|
141
|
08.05.1946
|
|
20
|
Pdt.
Torkis Lumbantoruan
|
01.07.1983
|
143
|
22.01.1952
|
|
21
|
Pdt.
Manjalo Pahala Hutabarat,STh
|
01.03.1984
|
144
|
17.12.1958
|
|
22
|
Pdt.
Johannes Panjaitan.STh
|
01.03.1984
|
146
|
14.06.1956
|
|
23
|
Pdt.
Toljun Lumbantobing,STh
|
07.04.1985
|
147
|
03.06.1958
|
|
24
|
Pdt.
Epen Siregar,SmTh
|
01.10.1986
|
149
|
18.10.1957
|
|
25
|
Pdt.
Hotman Hutasoit,SmTh
|
01..11.1986
|
150
|
02.10.1962
|
|
26
|
Pdt.
Noderia br Manalu,STh
|
01.11.1987
|
151
|
27.05.1964
|
|
27
|
Pdt.
Karmen Simorangkir,STh
|
05.12.1988
|
153
|
09.05.1961
|
|
28
|
Pdt.
Marhasil Hutasoit,STh
|
05.12.1988
|
154
|
03.03.1965
|
|
29
|
Pdt.
Firman Sibarani,STh
|
05.12.1988
|
155
|
24.04.1963
|
|
30
|
Pdt.
Halomoan Simanjuntak, STh
|
01.09.1990
|
156
|
16.03.1963
|
|
31
|
Pdt.
Jansen Simanjuntak,STh
|
01.09.1990
|
157
|
06.02.1965
|
|
32
|
Pdt.
Lamsihar Simamora,STh
|
01.09.1990
|
158
|
28.02.1961
|
|
33
|
Pdt.
Jauba Panggabean,SmTh
|
01.09.1990
|
159
|
14.04.1964
|
|
34
|
Pdt.
Tohap Sihombing,STh
|
01.10.1991
|
160
|
01.01.1966
|
|
35
|
Pdt.
Batara Sihombing,MTh
|
01.10.1991
|
161
|
30.01.1965
|
|
36
|
Pdt.
Kabulman Simamora,STh
|
01.10.1991
|
162
|
08.06.1965
|
|
37
|
Pdt.
Tigor P Sihombing,STh
|
01.05.1922
|
163
|
07.12.1966
|
|
38
|
Pdt.
Tagor Hasibuan
|
01.05.1992
|
164
|
20.01.1953
|
|
39
|
Pdt.
Firman Maringan Nadapdap
|
01.05.1992
|
165
|
01.03.1953
|
|
40
|
Pdt.
Lusten Sitorus
|
01.05.1992
|
166
|
15.06.1946
|
|
41
|
Pdt.
Loasari R.M. Br.Sianturi, STh
|
01.06.2007
|
167
|
09.04.1966
|
|
42
|
Pdt.
Salome Br.Nainggolan,STh
|
01.05.1993
|
168
|
07.06.1965
|
|
43
|
Pdt.
Herlina Br. Gultom,STh
|
01.05.1993
|
169
|
04.07.1965
|
|
44
|
Pdt.
Nurdia Br. Hutasoit,STh
|
01.05.1993
|
170
|
03.12.1966
|
|
45
|
Pdt.
Meri Pinta Uli Br. Hutapea,STh
|
01.05.1993
|
172
|
17.10.1967
|
|
46
|
Pdt.
Samsul Manurung,STh
|
01.05.1993
|
173
|
21.11.1965
|
Pernah
Cuti diluar tanggungan
|
47
|
Pdt.
Tony Liston Hutagalung.STh
|
14.11.1994
|
174
|
13.02.1970
|
|
48
|
Pdt.
Jasper Siburian,STh
|
14.11.1994
|
175
|
16.05.1968
|
|
49
|
Pdt.
Janiandar Pasaribu, MTh
|
14.11.1994
|
176
|
11.02.1965
|
|
50
|
Pdt.
Togos Sinaga,STh
|
14.11.1994
|
177
|
26.12.1968
|
|
51
|
Pdt.
Henry Lindung Situmorang,STh
|
01.11.1995
|
178
|
28.11.1967
|
|
52
|
Pdt.
Rahel Naomi Br.Simarmata,STh
|
14.11.1994
|
179
|
13.09.1968
|
|
53
|
Pdt.
Marudut Lumban Gaol,STh
|
14.11.1994
|
180
|
30.05.1970
|
|
54
|
Pdt.
Hisar Sitorus.STh
|
14.11.1994
|
181
|
13.07.1962
|
|
55
|
Pdt.
Jam Two Night Sipahutar,STh
|
14.11.1994
|
182
|
11.11.1967
|
|
56
|
Pdt.
Tiarma Rusfarida Br.Sinaga,STh
|
01.02.2003
|
183
|
20.08.1968
|
|
57
|
Pdt.
Anto Martopan Sianipar,STh
|
01.06.1996
|
184
|
30.04.1966
|
|
58
|
Pdt.
Rosinta Br.Malau,STh
|
01.06.1996
|
185
|
01.06.1969
|
|
59
|
Pdt.
Anggiat Siregar,STh
|
01.06.1996
|
186
|
18.07.1963
|
|
60
|
Pdt.
Kepler James Bakara,STh
|
01.04.1997
|
187
|
19.10.1969
|
|
61
|
Pdt.
Ardin Lumbantobing,STh
|
01.04.1997
|
188
|
12.06.1969
|
|
62
|
Pdt.
Togap Gultom.STh
|
01.04.1997
|
189
|
20.10.1969
|
|
63
|
Pdt.
Togar Aruan,STh
|
01.04.1997
|
190
|
07.01.1968
|
|
64
|
Pdt.
Surungan Situmorang,STh
|
01.04.1997
|
191
|
02.09.1968
|
|
65
|
Pdt.
Edward Pasaribu,STh
|
01.10.1998
|
193
|
27.02.1971
|
|
66
|
Pdt.
Rimhot Simamora,STh
|
01.10.1998
|
194
|
25.01.1971
|
|
67
|
Pdt.
Antowaren Simatupang,STh
|
01.10.1998
|
195
|
17.07.1971
|
|
68
|
Pdt.
Ladon Purba,STh
|
01.10.1998
|
196
|
25.05.1965
|
|
69
|
Pdt.
Salomo Tampubolon,STh
|
03.10.1999
|
197
|
22.07.1971
|
|
70
|
Pdt.
Lamsihar Oberlin Siregar,STh
|
03.10.1999
|
198
|
04.07.1969
|
|
71
|
Pdt
Helder Purba,STh
|
10/3/1999
|
199
|
25.05.1967
|
|
72
|
Pdt.
Natanael Naibaho,STh
|
03.10.1999
|
200
|
06.09.1969
|
|
73
|
Pdt.
Tumiar Br. Lumbantobing,STh
|
03.10.1999
|
201
|
04.08.1971
|
|
74
|
Pdt.
Sunggul Horas Manik, STh
|
03.10.1999
|
202
|
13.01.1971
|
|
75
|
Pdt.
Eben Hutasoit,STh
|
01.02.2001
|
203
|
31.10.1972
|
|
76
|
Pdt.
Abednego Silitonga,STh
|
01.02.2001
|
204
|
10.06.1972
|
|
77
|
Pdt.
Hopol M. Sihombing,STh
|
01.02.2001
|
205
|
25.02.1973
|
|
78
|
Pdt.
Hotman Simatupang,STh
|
01.02.2001
|
206
|
15.09.1974
|
|
79
|
Pdt.
H.T.Fresly Simamora.STh
|
01.02.2001
|
207
|
12.02.1973
|
|
80
|
Pdt.
Bahara Sihombing,STh
|
01.02.2001
|
208
|
28.02.1975
|
|
81
|
Pdt.
Janto Sihombing,STh
|
01.02.2001
|
209
|
28.09.1972
|
|
82
|
Pdt
.Januari A.P. Sirait,STh
|
01.02.2001
|
210
|
01.01.1974
|
|
83
|
Pdt
.John Piter Napitupulu,STh
|
01.02.2001
|
211
|
16.06.1970
|
|
84
|
Pdt
.Manonggor Hasibuan,STh
|
01.02.2001
|
212
|
31.03.1973
|
|
85
|
Pdt
.Mangampu Sipahutar,STh
|
01.02.2001
|
213
|
24.01.1971
|
|
86
|
Pdt.
Leonardo Simanjuntak,STh
|
01.10.2001
|
214
|
02.02.1973
|
|
87
|
Pdt.
Luhut Simamora,STh
|
01.02.2001
|
215
|
25.04.1974
|
|
88
|
Pdt.
Olbiner Samosir,STh
|
01.02.2001
|
216
|
18.09.1969
|
|
89
|
Pdt.
Poltak Pakpahan,STh
|
01.03.2001
|
217
|
31.10.1972
|
|
90
|
Pdt
Marlon B Purba,STh
|
01.02.2001
|
218
|
28.06.1976
|
|
91
|
Pdt.
Martahi Oloan Siahaan,STh
|
01.02.2001
|
219
|
|
Pendeta
Non Aktif
|
92
|
Pdt.
Rinto Nainggolan,STh
|
01.02.2001
|
220
|
29.05.1973
|
|
93
|
Pdt.
Sarobudi Bulolo,STh
|
01.02.2001
|
221
|
26.11.1975
|
|
94
|
Pdt.
Tumbur Siahaan,STh
|
01.02.2001
|
222
|
30.11.1968
|
|
95
|
Pdt.
Mangaliup Simanjuntak,STh
|
01.02.2001
|
223
|
07.11.1972
|
|
96
|
Pdt.
Edward Sastro Bakara,STh
|
01.02.2002
|
225
|
08.10.1973
|
|
97
|
Pdt.
Erlina Br. Simatupang,STh
|
01.02.2003
|
226
|
25.09.1972
|
|
98
|
Pdt.
Rita Ramaita Br.Siregar,STh
|
01.01.2002
|
227
|
16.02.1973
|
|
99
|
Pdt.
Ihut Hisar P. Sihombing
|
01.01.2002
|
228
|
12.10.1964
|
|
100
|
Pdt.
Hasiholan Simangunsong,STh
|
01.02.2003
|
229
|
24.11.1971
|
|
101
|
Pdt.
Drs.Jonli Pasaribu,STh
|
01.02.2003
|
230
|
09.11.1963
|
|
102
|
Pdt.
Juli B.M.Hutagalung,STh
|
01.02.2003
|
231
|
01.07.1974
|
|
103
|
Pdt.
Gomgom F.H.Tampubolon,STh
|
01.02.2003
|
232
|
23.09.1975
|
|
104
|
Pdt.
Uba Manatap Panggabean,STh
|
01.02.2003
|
233
|
14.03.1974
|
|
105
|
Pdt.
Hugo De Groot Nababan,STh
|
01.02.2003
|
234
|
11.09.1972
|
|
106
|
Pdt.
Togar Gultom,STh
|
01.02.2003
|
235
|
05.09.1974
|
|
107
|
Pdt.
Anan Prayer Manurung,STh
|
01.01.2004
|
236
|
23.03.1976
|
|
108
|
Pdt.
Dormen Pasaribu,STh
|
01.01.2004
|
237
|
21.02.1977
|
|
109
|
Pdt.
Ependy Pasaribu,STh
|
01.03.2004
|
238
|
23.11.1974
|
|
110
|
Pdt.
Kondrat P.M.Sirait,STh
|
01.01.2004
|
239
|
03.03.1972
|
|
111
|
Pdt.
Rinaldo Sitompul,STh
|
01.01.2004
|
240
|
25.10.1971
|
|
112
|
Pdt.
Timbul Siregar,STh
|
01.02.2004
|
241
|
01.02.1977
|
|
113
|
Pdt.
Saidon Ambarita,STh
|
01.09.2004
|
242
|
11.01.1976
|
|
114
|
Pdt.
Anton Saputra Sitorus, STh
|
01.09.2004
|
243
|
12.11.1971
|
|
115
|
Pdt.
Samrudin Sianturi,STh
|
01.09.2004
|
244
|
25.02.1977
|
|
116
|
Pdt.
Danro Sandy Panjaitan, STh
|
01.09.2004
|
245
|
26.04.1978
|
|
117
|
Pdt.
Pantas Purba, STh
|
01.09.2004
|
246
|
17.08.1977
|
|
118
|
Pdt.
Sumarlin Simanungkalit,STh
|
01.09.2004
|
247
|
20.05.1975
|
|
119
|
Pdt.
Happy Bontar. K.Pakpahan, STh
|
01.01.2006
|
248
|
01.01.1978
|
|
120
|
Pdt.
Tahan M.G.M.Simaremare, STh
|
01.01.2006
|
249
|
20.09.1977
|
|
121
|
Pdt.
Evalina Br. Pasaribu, STh
|
01.01.2006
|
250
|
08.12.1978
|
|
122
|
Pdt.
Suparman Simamora, STh
|
01.01.2006
|
251
|
18.05.1978
|
|
123
|
Pdt.
Godman Tampubolon, STh
|
01.01.2006
|
252
|
14.01.1976
|
|
124
|
Pdt.
Remika H. Br. Sihombing, STh
|
01.01.2006
|
253
|
24.10.1975
|
|
125
|
Pdt.
Paiyan Pasaribu, STh
|
01.01.2006
|
254
|
11.01.1976
|
|
126
|
Pdt.
Santer Brikman Sipahutar, STh
|
01.01.2006
|
255
|
22.10.1976
|
|
127
|
Pdt.David
Panjaitan, STh
|
01.01.2006
|
256
|
25.02.1976
|
|
128
|
Pdt.
Joman Siregar, STh
|
01.12.2006
|
257
|
07.06.1963
|
|
129
|
Pdt.
Poltak Uli Basa Aritonang, STh
|
01.02.2007
|
258
|
06.01.1972
|
|
130
|
Pdt.
Lamsihar Manalu, STh
|
01.02.2007
|
259
|
15.11.1977
|
|
131
|
Pdt.
Edwin Jolli P.Simanullang, STh
|
01.02.2007
|
260
|
06.10.1978
|
|
132
|
Pdt.
Charles Marisi E.Siregar, STh
|
01.02.2007
|
261
|
17.05.1977
|
|
133
|
Pdt.
Norton Sinaga, STh
|
01.02.2007
|
262
|
10.10.1972
|
|
134
|
Pdt.
Robert Simanjuntak, STh
|
01.02.2007
|
263
|
14.12.1978
|
|
135
|
Pdt.
Alberd Habeahan, STh
|
01.02.2007
|
264
|
12.08.1978
|
|
136
|
Pdt.
Berton Silaban, STh
|
01.01.2008
|
265
|
25.07.1979
|
|
137
|
Pdt.
Arman Simangunsong, STh
|
01.01.2008
|
266
|
21.06.1979
|
|
138
|
Pdt.
Henri Dapot P.Sihotang, STh
|
01.01.2008
|
267
|
23.05.1979
|
|
139
|
Pdt.
Harianto U.Harianja, SH, M.Min
|
01.01.2008
|
269
|
30.07.1973
|
|
140
|
Pdt.
Sehat Wilderson Panjaitan, STh
|
01.01.2008
|
270
|
24.01.1980
|
|
141
|
Pdt.
Adventus Nadapdap, STh
|
01.01.2008
|
271
|
07.12.1979
|
|
142
|
Pdt.
Darwin Saragi, STh
|
01.03.2009
|
272
|
16.08.1981
|
|
143
|
Pdt.
Manamba Tua Pasaribu, STh
|
01.03.2009
|
273
|
04.07.1971
|
|
144
|
Pdt.
Likson F Simanjuntak, STh
|
01.03.2009
|
274
|
21.06.1982
|
|
145
|
Pdt.
Ance Idaris Simanjuntak, STh
|
01.03.2009
|
275
|
16.03.1983
|
|
146
|
Pdt.
Benjamin Saragi, STh
|
01.03.2009
|
276
|
29.03.1983
|
|
147
|
Pdt.
Riston Eirene Sihotang, SSi
|
01.03.2009
|
277
|
29.04.1978
|
|
148
|
Pdt.
Cica br Nababan, STh
|
01.03.2009
|
278
|
27.03.1978
|
|
149
|
Pdt.
Parlindungan Sitorus, STh
|
01.03.2009
|
279
|
22.12.1979
|
|
150
|
Pdt.
Andar Lubis, STh
|
01.03.2009
|
280
|
12.12.1976
|
|
151
|
Pdt.
Ronald Sihombing, STh
|
01.03.2009
|
281
|
02.03.1980
|
|
152
|
Pdt.
Sri Astati br Tampubolon, STh
|
01.03.2009
|
282
|
02.11.1978
|
|
153
|
Pdt.
Ebsan J.T. Simanjuntak, STh
|
01.02.2010
|
283
|
17.12.1978
|
|
154
|
Pdt.
Efendi Nadeak, STh
|
01.02.2010
|
284
|
04.04.1973
|
|
155
|
Pdt.
Hari Jase Hutagalung, STh
|
01.02.2010
|
285
|
28.03.1970
|
|
156
|
Pdt.
Helen br Lumbantobing, STh
|
01.02.2010
|
286
|
05.11.1972
|
|
157
|
Pdt.
Jumaidi Pane, STh
|
01.02.2010
|
287
|
01.08.1981
|
|